![]() |
Perayaan Trisuci
Waisak Nasional Indonesia 2561 BE/2017 yang dipusatkan di Candi Borobudur,
Magelang Jawa Tengah
|
BANYUWANGI,
BPW - Hari ini, Kamis (11/5/17) umat Buddha memperingati
Hari Raya Waisak 2561 BE. Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (Purnama
Sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu lahirnya Pangeran
Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M., Pangeran Siddharta mencapai
Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35
tahun pada tahun 588 S.M. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada
usia 80 tahun pada tahun 543 S.M. Tiga peristiwa ini dinamakan "Trisuci
Waisak".
Rangkaian kegiatan Waisak Nasional umat
Buddha Indonesia 2561 BE dilaksanakan di kompleks Candi Borobudur, Magelang
Jawa Tengah, 6 Mei s/d 11 Mei 2017. Sementara tema Waisak tahun ini adalah
Cinta Kasih Penjaga Kebhinekaan. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan
Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) Urpendik Agama Buddha dan dihadiri
oleh umat Buddha dari penjuru Nusantara yang berada pada wadah Wali Umat Budha
(Walubi), majelis-majelis agama Buddha dan LKBI.
Sebagai penganut agama Buddha yang
taat, Kabagren. Polres Banyuwangi, Kompol. Drs. Bagio, MM.MH turut serta
merayakan Waisak di Candi Borobudur. Bersama istri tercinta Yasrining, SST,
Kompol. Bagio bersama dengan umat Buddha dari penjuru tanah air berkumpul di
Candi Borobudur, yang merupakan candi terbesar di Indonesia, dipilih menjadi
lokasi prosesi karena candi Borobudur merupakan candi peninggalan kerajaan
Buddha di Indonesia.
“Hadir pada perayaan Waisak di Candi
Borobudur merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Selain bertemu dengan umat
Buddha dari daerah lain, prosesi kegiatan Waisak di Candi Borobudur diisi
dengan serangkaian ritual yang mengacu kepada sejarah dari agama Buddha di
Indonesia yang telah kita ketahui di Provinsi Jawa Tengah selain Candi
Borobudur, banyak terdapat candi-candi yang didirikan oleh kerajaan Buddha. Hal
inilah yang membuat kami memutuskan untuk merayakan Waisak 2017 di sana”, ujar Bagio
mantab.
Prosesi Waisak 2561 BE di candi
Borobudur dimulai dengan pengambilan air berkah dari Umbul Jumprit dan disemayamkan
di Candi Mendut, Senin (8/5). Hari Selasa (9/5) ritual pengambilan api Dharma
dari Merapen-Grobokan lalu disemayamkan di Candi Mendut. Persiapan prosesi
Dharmasanti serta kegiatan ritual dilaksanakan Rabu (10/5), untuk memperingati
detik-detik Waisak di Zone 1. Pindapata dilakukan di Magelang kemudian prosesi
berlanjut dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Pukul 19.00 WIB dilaksanakan
persiapan lampion guna dilepaskan pukul 20.30 WIB dan berlokasi di Gunadharma.
Prosesi ini dimaksud sebagai harapan yang bisa menuju ke langit. Pukul 00.00
persiapan utama ummat menuju zona 1 candi Borobudur.
Pada Kamis (11/5) pukul 01.00 WIB umat
menyanyikan Vihara Githa (lagu-lagu Buddhis ciptaan mendiang Bikkhu Giri
Rakkhito Mahathera. Pengarahan ketua panitia Waisak 2560 BE oleh Dra. S.
Hartati Murdaya kemudian dilanjutkan sambutan oleh Direktur Urpendik Agama
Buddha Kementerian Agama RI, Drs. Supriadi, M. Pd. Ritual yang tak kalah
penting adalah Pradaksina yaitu prosesi mengelilingi candi Borobudur sebanyak 3
kali dengan membawa bunga teratai dan diiringi lagu Buddhang Saranang Gacchami.
Selesai Pradaksina ummat meletakkan
teratai di Candi Borobudur dengan melakukan adhitana (bertekad) dan melakukan
namaskara 3 kali. Prosesi doa dipimpin oleh perwakilan majelis-majelis Buddha
dari seluruh Indonesia seperti Majabuthi, Mahayana, Majabudti, Madhatantri,
MSNBDI, ZFZ Kasogatan, Mapan Bumi dan Martrisia. Setelah prosesi doa,kegiatan
dilanjutkan dengan renungan waisak dan tuntunan meditasi.
Puncak dari perayaan Waisak 2560 BE
adalah meditasi. Tepat pukul 04.20 meditasi dilakukan menjelang detik-detik
Waisak pukul 04.42. meditasi selesai pukul 05.00 ditandai dengan pemukulan
gong. Kesan yang paling mendalam adalah ketika berada pada meditasi.
Disinilah Kompol. Bagio beserta istri
betul-betul bisa merasakan makna Buddha yang sebenarnya. Setelah melalui
perenungan mengenai tiga peristiwa penting dalam diri Sidharta Gautama. Ketika
itu makna sesungguhnya mengenai proses perjalanan Sang Buddha dari kelahiran,
mencapai pencerahan kemudian wafat bisa didapatkan yang nantinya akan menjadi
modal untuk menjalani kehidupan ini.
“Tema Waisak kali ini yaitu Cinta
Kasih Penjaga Kebhinekaan sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawab saya. Di
tengah-tengah isu disintegrasi bangsa, tema ini terasa pas untuk kembali
direnungkan dan diimplementasikan dalam tugas keseharian sebagai anggota
Polri,” tutup Kompol. Bagio mengakhiri obrolannya dengan wartawan media ini. (Misbachul
Munir)
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar anda dengan baik dan benar, mohon tidak beriklan di kolom komentar. Jika anda ingin berpromosi, direkomendasikan/endorse, atau beriklan, anda bisa " Kontak Kami Langsung ". Terima kasih.