Banyuwangi Police Watch (BPW)/Lembaga Pengamat Kepolisian di Wilayah Polres Banyuwangi adalah Organisasi Masyarakat / Ormas Nirlaba yang fokus sebagai Pengamat Swadaya Masyarakat. Kami menerima sumbangan dari para donatur, yang bersifat tidak mengikat. Kirimkan sumbangan Anda ke Rekening Bank Mandiri 1-430-012-521538, an: M.Hakim Said,SH (HP/WA: 0823-3835-5251). Dana akan digunakan maksimal untuk pengamatan, penelitian, analisa, investigasi, dan pengawasan kinerja kepolisian, pendampingan hukum, dan aksi tanggap sosial bencana bagi masyarakat terutama yang membutuhkan bantuan.
Kontak Langsung :
Alamat Kantor : Jalan Ikan Sulir, Perum Sutri Blok D1, Sobo, Banyuwangi. Kontak HP / SMS / WA : 0823-3835-5251

Densus 88 Turun Ke Banyuwangi,

Selasa, 31 Januari 2017 | Pasang Iklan | Ingin Donasi? | Kerjasama | Lowongan | Gabung BPW



Bekali Cara Penanggulangan Paham Radikalisme



AKBP. Djoni Djuana, berikan gambaran mengenai paham radikal dan ciri para pengikutnya yang perlu diantisipasi warga masyarakat Banyuwangi

Banyuwangi, BPW – Kepala Unit Pencegahan Densus 88 Anti Teror Polri AKBP. Djoni Djuana, SIK turun gunung ke Banyuwangi. Dihadapan para tokoh masyarakat (Tomas), tokoh agama (Toga), aparat pemerintahan dan unsur TNI, AKBP. Djoni meminta agar bisa membentengi wilayahnya dari pengaruh ini.

“Ciri paham radikal itu ada 4, salah satunya intoleran. Kelompok yang tidak sepaham biasanya dibilang kafir,” ujarnya saat menjadi pemateri di ajang sosialisasi pencegahan paham radikalisme, di Gedung Dhira Brata Mapolres Banyuwangi, Selasa (31/1/17).

Menurut Djoni, apabila intoleransi sudah berkembang bisa menyulut terjadinya perpecahan dan gesekan antar warga. Penganut paham radikalisme tidak menganut toleransi. Jangankan terhadap pemeluk agama lain, terhadap sesama muslim yang beda aliran saja juga tidak bersikap toleran. 

Tiga ciri lainnya, penganut radikalisme sangat fanatik terhadap madhab tertentu. Golongan ini juga lebih suka melakukan peribadatan sendiri bersama kelompoknya. Sangat jarang pengikut paham radikal mau menjalankan ibadah dengan aliran lain meskipun sesama Islam. Mereka juga sangat menghendaki perubahan dalam bentuk revolusi.

“Keyakinan terhadap kelompoknya sangat kuat. Fanatik yang berlebihan inilah sangat berbahaya,” lanjutnya.

Hasil riset sepanjang tahun 2012, motif teror yang dijalankan pengikut paham radikal 45,5 persen dilandasi ideologi agama. Kasus ini bisa dilihat di Timur Tengah yang berkembang paham ISIS yang belakangan diikuti segelintir warga Indonesia. Sementara 20 persen lagi dipicu solidaritas komunal.

“Ada juga yang dilatar belakangi balas dendam dan separatisme. Aksi teror balas dendam beberapa kasus pernah terjadi di daratan Eropa,” urai perwira yang sudah 5  tahun bergabung di Densus 88.

Sebelum kalangan radikalis meluncurkan teror yang disebut dengan aksi jihad, biasanya mereka mendapat doktrin tertentu. Penanaman doktrin yang intensif kemudian memunculkan aksi teror yang banyak merugikan umat lain.

“Orang yang diberi doktrin tentu saja sudah masuk dalam kelompoknya. Fase ini diawali dari pra radikalisme dan identifikasi diri,” terang Djoni lagi.

Dalam kesempatan itu, Djoni mewanti-wanti para tokoh dan masyarakat Banyuwangi harus bisa menepis masuknya paham dimaksud. Karena sebagai anggota polisi yang sudah lama mempelajari paham radikal, dia mengingat jangan sampai intoleransi berkembang.

“Itu bisa menyulut terjadinya perpecahan dan gesekan antar warga,” tegas Djoni. (Hakim Said)

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda dengan baik dan benar, mohon tidak beriklan di kolom komentar. Jika anda ingin berpromosi, direkomendasikan/endorse, atau beriklan, anda bisa " Kontak Kami Langsung ". Terima kasih.

 

© Copyright Banyuwangi Police Watch (BPW) 2016 -2017 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.