Banyuwangi Police Watch (BPW)/Lembaga Pengamat Kepolisian di Wilayah Polres Banyuwangi adalah Organisasi Masyarakat / Ormas Nirlaba yang fokus sebagai Pengamat Swadaya Masyarakat. Kami menerima sumbangan dari para donatur, yang bersifat tidak mengikat. Kirimkan sumbangan Anda ke Rekening Bank Mandiri 1-430-012-521538, an: M.Hakim Said,SH (HP/WA: 0823-3835-5251). Dana akan digunakan maksimal untuk pengamatan, penelitian, analisa, investigasi, dan pengawasan kinerja kepolisian, pendampingan hukum, dan aksi tanggap sosial bencana bagi masyarakat terutama yang membutuhkan bantuan.
Kontak Langsung :
Alamat Kantor : Jalan Ikan Sulir, Perum Sutri Blok D1, Sobo, Banyuwangi. Kontak HP / SMS / WA : 0823-3835-5251

Musisi Candra Banyu,

Sabtu, 06 Mei 2017 | Pasang Iklan | Ingin Donasi? | Kerjasama | Lowongan | Gabung BPW



Evolusikan Musikalitas Dari Genre Tradisional Jadi Modern

Musisi muda Candra Banyu


BANYUWANGI, BPW - Mempertahankan kebudayaan tidak harus terpaku pada sisi kemonotonan. Unsur kreativitas serta menghasilkan karya yang mudah diterima oleh khalayak luas adalah salah satu prinsip dari musisi muda Candra Banyu. 

Ditemui media ini, Sabtu (6/5/17), disela kesibukan mempersiapkan rekaman, Candra yang lahir 35 tahun lalu di Kelurahan Temenggungan, Kecamatan Banyuwangi ini mengisahkan sedikit mengenai perjalanan awal terjun di bidang musik hingga menjadi terkenal saat ini. Temenggungan sendiri dikenal sebagai wilayah yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh besar Banyuwangi. Tak salah apabila di bidang kesenian pun juga menghasilkan musisi-musisi berkualitas. 

Terlahir dari pasangan yang kental darah seninya, Candra merupakan anak dari Arif Sugianto yang merupakan seniman penghasil beberapa karya juga pencipta lagu. Salah satunya adalah Sekar. Sedangkan Catur Arum adalah kakak kandung Candra yang sama-sama diketahui publik sebagai salah satu penyanyi papan atas Banyuwangi saat ini. Candra sendiri selain menelurkan album sendiri, juga menghasilkan album kompilasi dengan penyanyi lain.

Perjalanan bermusik secara profesional dimulai sekitar tahun 1999. Saat itu ketika kembali dari Bali, Candra memutuskan bergabung dengan Patrol Orkestra Banyuwangi (POB). Dimana para personilnya adalah musisi-musisi muda berpengaruh seperti Catur Arum, Iyon DB dsb. Candra dan kawan-kawan berusaha mengevolusikan musikalitas Banyuwangi dari bergenre tradisional menjadi modern. Dan POB adalah salah satu grup yang menyajikan musik tradisional tetapi menyisipkan unsur Pop didalamnya. 

Perubahan ini mereka pilih karena mereka merasa bahwa musik kendang kempul, begitu mereka menyebutnya, yang diisi oleh seniman senior seperti Sumiati, Yuliatin, Alif dan lain-lainnya, hanya melahirkan musik yang itu-itu saja dan cenderung tidak bisa diterima oleh kaum muda dikarenakan beratnya isi syair dan kemonotonan dalam beraransemen. 

Berbekal semua pengalaman dan idealisme yang didapat, tahun 2005 kesempatan yang ditunggu Candra akhirnya datang juga. Di bawah label rekaman lokal, Sandy Record, Candra menelurkan album solo perdananya bertitel Banyu, dengan Nanang sebagai Arrangement. Dengan beberapa lagu Hits seperti Angen-angen, Bokong Semok dan Lir Pedote Banyu. Album ini meledak di pasaran dan terjual 1 juta copy lebih. 

Musisi, yang tidak mau disebut penyanyi ini, lebih menyukai disebut sebagai pencipta lagu. Karena hampir sebagian besar semua lagu yang dibawakan olehnya adalah karyanya sendiri. Ciri khas yang paling terasa dari karyanya adalah musik yang romantis dengan sentuhan dari pop serta blues. Seperti single Kembange Roso yang bergenre Blues dengan alunan (cengkok) khas Banyuwangian dan beberapa single yang menperkenalkan intro lagu dengan menggunakan piano. 

Meledaknya album Banyu merupakan bukti bahwa lagu Banyuwangi bisa dapat diterima dan dikenal secara luas. Perubahan yang diusung Candra dalam evolusi musik Banyuwangi membuahkan hasil. Bermusik dengan syair ringan, pilihan genre musik yang familiar tanpa kehilangan keindahan sentuhan khas tradisional, baik dalam syair atau not utama, terbukti bisa diterima terutama oleh kuping generasi muda saat itu. Candra sendiri mengakui bahwa kritikan ataupun masukan dari seniman/musisi tradisional tidak ia mentahkan. 

Keindahan dalam cengkokan khas Banyuwangi tetap ia pertahankan dalam karya-karyanya. Ini dikarenakan pakem not solmisasi, yang menjadi ciri musik daerah khususnya Banyuwangi, menjadi referensi yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Karena dari sanalah yang membedakan musik Banyuwangi dengan musik daerah lain. 

Mewakili teman-teman musisi modern Banyuwangi, Candra mengatakan kepada para seniman/musisi baru jangan sampai membuat karya hanya karena terlihat bagus saja tetapi meninggalkan etika dalam bermusik. Seperti keindahan yang diamanatkan oleh seniman/musisi sepuh/senior bisa tetap dipertahankan. Keindahan serta etika yang dimaksud adalah karya jangan terlihat murahan dengan syair yang jorok dan terkesan porno. Etika bermusik disini adalah ketika mencipta notasi jangan asal menjiplak dari karya orang lain. Karena bakal terlihat betapa kurang profesionalnya kita dalam berkreatifitas serta kemalasan dalam menghasilkan karya yang bagus dan orisinil. 

“Karena seorang seniman/musisi itu dikenal dari karya mereka. Generasi mendatang mengetahui kualitas kita dari karya yang dihasilkan. Dari karyalah sebenarnya kita bisa mendidik mereka secara tidak langsung. Jika kita menghasilkan karya yang bagus, maka dengan serta merta generasi seniman/musisi yang akan datang dapat belajar pula menghasilkan karya yang berkualitas,” ungkap musisi yang punya hobby mancing ini. (Misbachul Munir)

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda dengan baik dan benar, mohon tidak beriklan di kolom komentar. Jika anda ingin berpromosi, direkomendasikan/endorse, atau beriklan, anda bisa " Kontak Kami Langsung ". Terima kasih.

 

© Copyright Banyuwangi Police Watch (BPW) 2016 -2017 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.