![]() |
Petilasan Syekh Siti Jenar di Dusun Sukorejo, Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh |
BANYUWANGI, BPW - Syekh Siti Jenar, merupakan
salah satu wali yang dianggap kontroversial karena ajaran 'Manunggaling Kawulo
Gusti'. Konon beliau pernah singgah di
Banyuwangi. Tepatnya di Dusun Sukorejo, Desa Lemahbang Kulon,
Kecamatan Singojuruh. Hingga kini, kedatangan Syekh Siti Jenar itu dibekukan
dalam simbol nama desa.
"Beliau lahir di Lemah Abang Cirebon. Setiap tempat
yang pernah disinggahi beliau pasti akan dinamai lemah abang atau tanah
abang," ungkap Turin, Juru Kunci Lastono Petilasan Syekh
Siti Jenar Lemah Abang, kepada media ini, Selasa (14/02/17).
![]() |
Petilasan Syekh Siti Jenar di Dusun Sukorejo, Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh |
Lastono Petilasan Syekh Siti Jenar, kata Turin, merupakan
tempat makam-makam para bangsawan Kerajaan Blambangan yang mencapai luas 17
hektare. Penemuan ini, bermula saat banyak warga yang mencangkul di area
Lastono lantas menemukan pondasi dan makam.
"Namun sekarang yang dijaga dalam pagar ini luasnya
30 meter persegi," ujarnya.
Di areal makam yang ditemukan warga pada
tahun 1468 Masehi itu sebagian besar tertimbun tanah. Sedangkan
Syekh Siti Jenar sendiri, lahir pada tahun 1426 Masehi.
"Di dalam bangunan itu, ada makam para abdi dalem
Syekh Siti Jenar. Kalau yang itu makam kuno tahun 1913. Jaman
Belanda saat mbangunnya.
Bahan bakunya sama dengan pondasi rel," tuturnya.
Turin sendiri mengakui, tahu
sekilas sejarah Blambangan dan kedatangan Syekh Siti Jenar ke Banyuwangi
melalui cerita turun-temurun.
"Ceritanya ya dapat dari embah. Secara tutur
tinular," ujarnya.
Dia mengatakan, kedatangan Syekh
Siti Jenar di Banyuwangi bukan untuk menyebarkan agama.
Melainkan untuk bertapa dan menenangkan diri.
![]() |
Petilasan Syekh Siti Jenar di Dusun Sukorejo, Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh |
"Syekh Siti Jenar ke sini pengen mencari kesejukan,
ketenangan. Dia datang dari Bintoro, Demak. Jadi tempat ini sangat disakralkan,"
ujarnya.
Lastono Petilasan Syekh Siti Jenar Lemah Abang, setiap
hari tidak pernah sepi pengunjung. Turin, selalu meminta kepada khalayak yang berkunjung untuk mengisi buku tamu. Sejak
2004 menjaga, dia mengaku sudah menghabiskan tiga buku tebal berisi daftar
kunjungan tamu.
"Rata-rata kedatangan mereka untuk nguri-nguri
(berdoa). Ada yang dari Lumajang, Banten, Kebumen, Kalimantan, Sumatra, Aceh,
Bali, Flores. Kadangkala, sering juga mereka nginap sampai
seminggu lamanya," bebernya.
Dikatakan oleh Turin, tempat
tersebut bebas untuk dikunjungi siapapun. Dan tidak ada syarat khusus bila ingin
berkunjung. Karena dengan sendirinya
petilasan tersebut bisa menjadi wisata sejarah
sekaligus untuk berdoa.
"Bebas ke sini mas. Asalkan
bisa saling menghargai," tuturnya.
Hari-hari yang paling ramai, katanya, setiap malam Jumat
manis, dan saat bulan Suro (Jawa). Tidak seperti area makam
pada umumnya, di sini sudah terdapat fasilitas tempat duduk seperti gazebo,
warung dan toilet.
Ada juga satu pohon beringin yang sangat besar, membuat
tempat ini selalu sejuk dan nyaman dikunjungi. (Eko Prastyo)
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar anda dengan baik dan benar, mohon tidak beriklan di kolom komentar. Jika anda ingin berpromosi, direkomendasikan/endorse, atau beriklan, anda bisa " Kontak Kami Langsung ". Terima kasih.