Banyuwangi Police Watch (BPW)/Lembaga Pengamat Kepolisian di Wilayah Polres Banyuwangi adalah Organisasi Masyarakat / Ormas Nirlaba yang fokus sebagai Pengamat Swadaya Masyarakat. Kami menerima sumbangan dari para donatur, yang bersifat tidak mengikat. Kirimkan sumbangan Anda ke Rekening Bank Mandiri 1-430-012-521538, an: M.Hakim Said,SH (HP/WA: 0823-3835-5251). Dana akan digunakan maksimal untuk pengamatan, penelitian, analisa, investigasi, dan pengawasan kinerja kepolisian, pendampingan hukum, dan aksi tanggap sosial bencana bagi masyarakat terutama yang membutuhkan bantuan.
Kontak Langsung :
Alamat Kantor : Jalan Ikan Sulir, Perum Sutri Blok D1, Sobo, Banyuwangi. Kontak HP / SMS / WA : 0823-3835-5251

Polisi Peduli Pendidikan,

Kamis, 19 Januari 2017 | Pasang Iklan | Ingin Donasi? | Kerjasama | Lowongan | Gabung BPW

Biayai Operasional Sekolah Pakai Uang Hasil Berkebun
 
Kompol H. Mustaqim dikerumuni murid MI Al - Huda untuk sekedar menjabat tangannya
Banyuwangi, BPW - Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al – Huda yang berlokasi di Dusun Kedunen, Desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi tak bisa lepas dari Kompol. H. Mustaqim. Selain itu, perwira menengah polisi berdarah Lamongan ini juga mendirikan Madrasah Aliyah (MA) di desa tempatnya tinggal saat ini.
 
Sejak tahun 1997, MI Al – Huda resmi dia kelola. Kala itu Mustaqim masih berpangkat inspektur polisi dua (Ipda) dengan jabatan selaku Kapolsek Arjasa, Polres Situbondo. Tugas tambahan mengelola lembaga pendidikan harus dijalani lantaran mertuanya, H. Nursyamsi, sang pendiri sekolah sejak tahun 1954 sedang sakit keras.
 
Faktor siswa yang minim juga menjadi alasan kenapa Mustakim bersedia mengambil alih beban itu. Saat dikendalikan mertuanya, MI yang dulu berawal dari pendidikan diniyah atau TPQ hanya memiliki 50 murid. Rata-rata siswa dari enam jenjang kelas yang tersedia hanya berjumlah 8-10 orang.
 
“Waktu itu sekolah MI hanya memiliki 6 ruangan. Dua diantaranya rusak parah sehingga dua ruang lainnya dipaksakan untuk belajar siswa dari jenjang kelas yang berbeda,” katanya membuka obrolan di ruangan Bagian Sumda Polres Banyuwangi, Kamis (19/1/17).
 
Perubahan mulai dia jalankan. Ruangan kelas yang rusak diperbaiki. Guru yang tidak bisa diajak maju terpaksa dievaluasi. Buku pelajaran yang tak mampu dibeli para siswa disubsidi menggunakan uang pribadi. Tiap murid tidak hanya satu buku, tapi 4 buku sekaligus. Polisi yang memiliki keahlian di bidang intelijen itu harus merogoh koceknya Rp 7 juta demi mewujudkan kemampuan para siswa binaannya.
 
“Jaman mertua, para wali murid bayar pakai beras. Beras itu kurang untuk membayar gaji para guru. Uang hasil penjualan kelapa digunakan untuk menutupi kekurangannya,” kisahnya.
 
 
Kompol. H. Mustaqim bersama para dewan guru MI dan MA Al - Huda
Kini, lembaga pendidikan itu telah berkembang. Tahun 2012 akhirnya didirikan sekolah baru, yakni Madrasah Aliyah Al – Huda. Lokasinya di belakang MI Al – Huda. Pendirian MA ini karena kebutuhan pendidikan setingkat SMA di wilayah Desa Bomo memang masih terbatas. Jika dulu muridnya sulit menembus angka 100, kini jumlahnya menjadi 221 siswa.
 
“Murid MI ada 160 orang dan MA 61 siswa. Semuanya bisa menikmati pendidikan dengan gratis. Tidak ada pungutan SPP, uang ujian maupun uang gedung,” tegas Mustaqim yang menjabat sebagai Kabag Sumda Polres Banyuwangi ini.
 
Sukses memajukan lembaga pendidikan, bapak tiga anak itu ganti menggerakkan warga Dusun Kedunen agar mau meramaikan masjid. Akhirnya dibangun Masjid Al – Huda yang letaknya bersebelahan antara sekolah MI dan kediaman pribadi Haji Mustakim. Rumah ibadah itu dibangun dua lantai dengan mengadopsi arsitektur modern.
 
“Usaha itu hanya menjalankan dua wasiat mertua yang meninggal pada tahun 2008. Pesannya, ramaikan masjid dan majukan sekolah. Sebetulnya ingin mendirikan madrasah tsanawiyah. Berhubung di dekat lokasi banyak sekolah serupa, akhirnya urung,” tuturnya.
 
Meskipun mengelola dua sekolah, Kompol Mustakim tak mau menggantungkan pembiayanya melalui para donatur. Urusan gaji guru dan renovasi gedung tetap diambilkan dari pendapatan pribadinya yang didapat dari berkebun cabe, semangka sampai bawang. Untuk menggaji guru MI, MA plus pengajar TPQ maupun muadzin Masjid Al – Huda, perbulan dia harus mengkucurkan dana kurang lebih Rp 7,5 juta.
 
“Alhamdulillah, nasib saya baik. Tanam semangka yang lain bangkrut, milik saya justru untung berlipat. Coba tanam bawang di Situbondo ternyata berhasil. Padahal petani di sana banyak yang merugi. Begitupun dengan kebun cabe yang kini saya geluti. Puji syukur hasilnya sangat memuaskan. Ini hikmah dari mengabdikan diri untuk agama dan pendidikan sesama,” ungkapnya. (Hakim Said)

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar anda dengan baik dan benar, mohon tidak beriklan di kolom komentar. Jika anda ingin berpromosi, direkomendasikan/endorse, atau beriklan, anda bisa " Kontak Kami Langsung ". Terima kasih.

 

© Copyright Banyuwangi Police Watch (BPW) 2016 -2017 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.